Seksualitas cara mengalami dan mengekspresikan diri sebagai makhluk seksual. Seksualitas meliputi semua aspek yang berkaitan dengan seks, yaitu jenis kelamin, gender, nilai, sikap, orientasi seksual, kesenangan, perilaku seksual, dan hubungan.
Seksualitas dalam Kakawin Smara Tantra ditempatkan pada posisi yang mulia. Bukan semata-mata sebagai perilaku sanggama yang dipengaruhi oleh nafsu belaka, tetapi sebagai sebuah aktivitas yang memiliki nilai-nilai yang adi luhur bagi seorang wanita dan pria.
Menanamkan nilai-nilai yang adiluhung bagi seorang wanita dan pria yang sudah berkeluarga, ataupun yang belum berkeluarga agar memahami hakekat sejati dari persenggamaan itu. Aktivitas persenggamaan itu sesungguhnya suci, jika dilandasi dengan pemusatan pikiran dan pengendalian dalam bercinta. Pengendalian dalam bercinta yang dimaksud adalah mengedepankan kesetian pada pasangan.
Teks kakawin Smara Tantra menjelaskan hal itu, adapun sebagai berikut.
Nala mbek ika dhira tapwan umidhĕp hidhĕpnya yayah, yayah bibi ta yan idĕhpnya mayayah bibi mwang sĕnĕng, sĕnĕngnya ta ya tonidhĕpnya masĕnĕng ta ya pwa weka, wĕkanya ta ya tönidhĕpnya mawĕka kakanda kadang “Berkobarnya pikiran tentang lelaki membuatnya gelisah, jika wanita telah berkeluarga maka harus percaya terhadap pasangannya, pasti orang yang dicintai akan selalu setia, karena wanita diberi seorang lelaki bertujuan agar dijadikan pasangan hidup”.
Kutipan teks kakawin Smara Tantra diatas, memberitahukan bahwa sesungguhnya kharakter wanita itu sangat setia. Terbukti dari pikirannya yang selalu memikirkan tentang lelaki yang dicintainya, sering membuatnya gelisah. Tetapi ketika wanita itu sudah berkeluarga maka harus percaya dengan pasangan yang dicintainya untuk selalu setia.
Oleh karena itu wanita dipertemukan dengan lelaki untuk menjadi pasangan hidupnya. Prinsip seksualitas dalam kutipan diatas adalah menguatkan rasa ketuhanan dengan mengikuti konsep Smara Ratih. Konsep Smara Ratih adalah hubungan seks antara suami-istri (pasangan hidupnya). Hubungan seks yang dikendalikan dengan kesadaran rasa ketuhanan yang kuat itulah yang disebut Yoga Senggama dalam Lontar Rsi Sambina.
Jadinya aktivitas seksualitas yang dikendalikan dengan kesadaran rasa ketuhanan yang kuat adalah salah satu praktik yoga untuk mencapai peningkatan spiritual. Peningkatan spiritual didasari oleh kesucian dan hakekat sang diri, karena seksualitas dengan kesadaran rasa ketuhanan yang kuat itu akan menonjolkan ekspresi kasih sayang dalam hubungan seksualitas. Kuatnya pondasi ekspresi dan eksistansi kasih sayang dalam hubungan seksualitas antara laki dan wanita akan membangun kehidupan lahir batin yang seimbang.
Dengan menguatkan kesadaran rasa ketuhanan dalam melakukan hubungan seks, maka akan muncul perilaku seks yang etis dan romantis. Manawa Dharmasastra IX.96 menyebutkan sebagai berikut. Prajanartha striyah srtah, Samtanartam ca manawah, Tasmat saharano dharmah, Srutao patnya sahaditah yang terjemahannya; Tujuan Tuhan menciptakan wanita, untuk menjadi ibu. Laki-laki diciptakan untuk menjadi ayah. Tujuan diciptakan suami istri sebagai keluarga untuk melangsungkan upacara keagamaan sebagaimana ditetapkan menurut Veda.
Sebagaimana kutipan pustaka Manawa Dharma Sastra tersebut dapat dipahami bahwa laki-laki dan wanita diciptakan oleh Tuhan. Tuhan menciptakan dengan tujuan agar terciptanya keluarga. Terciptanya keluarga sebagai hasil pertemuan seksualitas laki-laki dan perempuan merupakan hal yang sangat mulia. Seksualitas yang bertujuan mulia adalah melahirkan pewaris keluarga dan generasi selanjutnya. Kakawin Smara Tantra menjelaskan kemuliaan dari tujuan seksualitas itu dalam kutipan teks berikut ini.
Kadang-kadang ika saha mara tuhan ta yekin idhĕp, tayeki hinidhĕp wuwus ni ta kabĕh tan tinon,tinon teki manahnya kewala tinut-tinutan lanā, lanājar nika mangkānang stri ya śobha citta i pangrasĕ ”Sehingga pasangan itu dapat hidup berdampingan bersama hadirnya anak, karena anak adalah tanggung jawab dari sebuah percintaan, pertanggung jawaban ini dapat dinilai dari ketulusan hati, maka abadi lah wanita yang memiliki perasaan yang demikian itu”.
Kutipan teks Smara Tantra diatas menjelaskan bahwa tanggung jawab dari sebuah percintaan atau seksualitas adalah kehadiran seorang anak. Pasangan itu akan bisa hidup berdampingan jika hasil buah percintaannya hadir ditengah-tengah mereka. Kehadiran anak sebagai hasil buah percintaan dan seksualitasnya merupakan wujud nilai dari ketulusan hati. Oleh karena ketulusan hati, maka wanita akan merasa bahagia. Tujuan mulia dari seksualitas adalah membangun keluarga dan memiliki seorang anak.
Kakawin Smara Tantra menjelaskan hal tersebut, bahwa wanita sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki nilai estetika keindahan kecantikan dan seksualitas sangat harus dihormati dan di hargai. Terlebih lagi wanita lah yang akan membantu laki-laki untuk memperoleh keturuan seorang anak. Anak lahir dari hasil aktivitas seksualitas wanita dan laki-laki. Sehingga kelahiran seorang anak merupakan kebahagiaan bagi keluarga dan dunia.
Sebagaimana kutipan teks kakawin Niti Sastra IV.1 menyatakan yaning putra suputra sadhu gunawan mamadangi kula wandhu wandhana “Putra yang baik, soleh, dan bijaksana (suputra) itu memberi cahaya yang menerangi pada keluarga”. Kutipan teks kakawin Niti Sastra tersebut mempertegas dari kemuliaan seksualitas dalam ajaran Kakawin Smara Tantra.
Tujuan seksualitas yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dalam Smara Tantra adalah untuk membentuk keluarga dan memperoleh seorang anak (putra). Karena seorang anak (putra) akan menyinari kehidupan dalam keluarga, serta memberikan warna-warni yang beragam dan indah. #esa#