Kakawin Smara Tantra adalah salah satu puisi Jawa Kuno yang berisi ajaran dan tuntunan dalam bercinta. Zoetmulder (2004:1110) menyatakan bahwa Smara Tantra sama dengan ajaran Kāma Tantra. Kakawin Smara Tantra sesungguhnya memberikan pemahaman dan pengetahuan terhadap percintaan dengan wanita. Karena dengan memahami ajaran bercinta dan setelah menemukan kerahasiaan dalam bercinta (seksualitas), maka kesucianlah yang akan didapatnya.
Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada lawan jenis melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual, dan melalui perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerakan tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata (Zawid dalam Perry & Potter, 2005).
Smara Tantra memberikan pengajaran sesungguhnya bahwa seksualitas itu indah. Keindahan itu akan tercapai, jika seksualitas itu didasari dengan dasar pengetahuan asmara, ditambah dengan pemusatan pikiran serta mampu melakukan pengendalian agar mampu mencapai kepuasan rasa. Rasa yang dimaksud melebihi pertemuan kenikmatan persenggamaan, namun rasa kenikmatan dengan cosmik sehingga mampu memusnahkan penyebab kesengsaraan.
Teks kakawin Smara Tantra diatas telah menggambarkan keindahan seksualitas seorang wanita. Keindahan seksualitas yang disertai dengan ciri-ciri bentuk tubuh wanita. Teks pertama menjelaskan bahwa wanita terlihat sempurna dalam menikmati percintaan, jika kemaluan wanita itu besar berisi bulu dan terlebih lagi ditambah dengan pinggul yang besar maka akan menciptakan keindahan. Itu adalah kelebihan bagi seorang wanita dan menjadikannya terlihat sempurna.
Kesempurnaan itu dijelaskan lebih lanjut pada teks kedua dengan bentuk perut yang langsing, sehingga menarik untuk dilihat dengan indah. Bagaikan seorang pujangga suci yang mampu membius para pembaca dengan keindahan karya sastranya, maka seperti itulah seorang wanita yang mampu menarik hati, menciptakan keindahan melalui bentuk tubuhnya, dan membuatkan kenikmatan dalam bercinta.
Bercinta yang indah membuat lelakinya menjadi senang dan bahagia. Sang pengawi melakukan pengamatan dan pendalaman terhadap sesosok wanita. Sesosok wanita ini mampu membius pengawi sehingga mampu menuliskannya dalam bentuk karya sastranya.
Teks ketiga menggambarkan bahwa permainan seksualitas diawali dengan berciuman. Berciuman dengan lidah wanita itu harus menempel hingga langit-langit mulut maka titik kenikmatan dan keindahan itu menimbulkan rasa damai. Damai seperti berada di surga maka berciuman dengan seorang wanita seperti itulah lah rasanya. Ajaran Smara Tantra ini mengarahkan dan menuntun pembaca untuk bisa menemukan titik kenikmatan bercinta dengan diawali dengan perciuman. Perciuman ini akan meninggah gairah asmara sensual bagi laki dan wanita untuk melanjutkannya pada bagian eksekusi percintaan.
Jika merujuk pada pustaka Atharva Veda V.I.VI.138.1 dinyatakan Engkau (wanita) dikenal, seperti tanaman obat, tanaman yang paling baik buat pria ini tak berdaya untukku (Kliba), memakai opasa (Sayanacarya dalam Subali, 2008:117). Sebagaimana halnya ajaran dalam kakawin Smara Tantra, pustaka Atharva Veda memberikan pemahaman bahwa wanita diibaratkan tanaman obat yang mampu menyembuh dan dan membuat pria tidak berdaya sebagai akibat aroma keharumanan pada tubuh wanita, sehingga memikat gairah cinta lelaki. Sang Pengawi mampu melukiskan keindahan (kelangen) dari seorang wanita pada karya sastranya.
Keindahan itu alami seperti bunga yang indah dan harum memikat lebah untuk mencari madunya, maka seperti itulah wanita memikat untuk menggairahkan gelora asmara lelaki. Bunga dan tubuh wanita seperti telah ditakdirkan untuk menyatu, membangun sebuah keindahan, mencapai kebersamaan menjadi satu dalam gelora asmara percintaannya.
Tampil cantik dengan laksana dewati (para bidadari atau para dewi) tentu dapat mengikat setiap pasang mata yang memandangnya. Keindahan tubuh wanita akan terlihat sangat elok jika wanita selalu menjaganya. Menjaganya dengan merias diri seperti teman sejatinya agar selalu menjaga pesona kecantikannya (inner beauty). Dengan menjaga pesona kecantikannya akan membangun hubungan bagus dalam seksualitasnya. Gelora asmara melandasinya dan menjadi dasar membius lawannya.
Wanita yang sempurna perspektif Kakawin Smara Tantra selain memiliki kemaluan yang berbulu, pinggul besar, dan perut langsing, juga dijelaskan secara mendalam memiliki payudara yang besar, maka akan bertambah sangat sempurna wanita tersebut. Sempurna wanita tersebut sangat menggairahkan jiwa dan menggentarkan hati dalam prosesi percintan dan seksualitas.
Seksualitas terjadi dengan persenggamaan maka akan timbul suara desahan yang keras. Karena ciri-ciri wanita tersebut memberikan kenikmatan dalam prosesi sanggama, dimulai dari memasukan pada kemaluan wanita itu terasa sempit sehingga susah memasukkannya dan jika membukanya sedikit sangat menyenangkan dan nikmat. Apalagi alat vital laki-laki itu berdiri, panjang dan membesar (mengeras) maka titik pertemuan sanggama tersebut akan sangat menggairahkan dan memberikan keindahan, kenikmatan dunia.
Kakawin Smara Tantra mengarahkan pembaca untuk memahami wanita baik melalui kharateristinya, ciri-cirinya, bentuk tubuhnya yang menyebabkan pesona kecantikan, dan keindahan seksualitas yang terjadi dengan wanita. Titik krusial kenikmatan dilukiskan dengan sangat menarik dan indah. Memberikan pemahaman ajaran smara (bercinta) agar memperoleh kenikmatan dan memperoleh kesucian, serta mampu untuk memusnahkan penyebab kesengsaraan.
Bercinta yang diajarakan Smara Tantra bukan mengumbarkan gelora nafsu membara, namun mengajarkan bercinta dengan memusatkan pikiran melalui pengetahuan asmara dan pengendalian agar terciptanya keindahan dan kebahagiaan di Dunia (Jagadhita).
Pertemuan laki dan wanita dalam persenggamaan merupakan kodrat atau takdir manusia. Persenggamaan itu haruslah didasari juga dengan kejernihan pikiran dalam menjalankan gelora asrama agar terciptanya keindahan dalam hidup. Hidup yang indah mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan di dunia (moksartham jagadhita ya ca iti dharma). Ajaran yang disampai sang pengawi dalam kakawin Smara Tantra sesungguhnya mengarahkan manusia untuk mencapai hal tersebut. #esa#